Pasti Kembali Pada Kita
by
Niamul Maftuhah
- July 06, 2017
Kembali ke beberapa tahun yang lalu, saat kabar yang tak ingin ku tahu, tetapi ingin ku pilih terlintas di pikiranku. Saat itu aku masih kelas 9 SMP. Saat-saat terbahagiaku bersama kedua orangtuaku. Saatku bisa merengek kapanpun pada mereka.
Berjalannya waktu terus hingga sekarang aku berada disemester 4 di Universitas Negeri Jakarta Ingatan ini lagi-lagi muncul saat moment itu terjadi dan tanpa ku disana. Aku hanya menjadi pemeran utama dan tidak sedang berada di tempat.
Hingga akhirnya moment-moment itu dibatalkan oleh kedua belah pihak. Mengapa? sampai sekarang pun aku tidak tahu apa alasan dari mereka para orang-orang dewasa. Mungkin takdir yang dapat menjelaskan kelak.
Dan entah mengapa bayangannya selalu muncul dan muncul lagi, menghantui pikiran. Karena bayangan itulah fokusku semakin terpecah. Dan semakin aku melakukan penginderaan jauh terhadapnya seakan aku merasa bahwa kita akan bertemu suatu saat nanti. Bagaimanapun Sang Khalik membuat jalan ceritanya.
Ya! memang kita tidak pernah mempertemukan diri kita dalam nyata, kita selalu menjalani tulus-ikhlasnya kehidupan kita masing-masing. Kau berjalan dengan duniamu, bersamanya. Aku berjalan dengan duniaku, bersamanya. Hingga suatu saat kuputuskan untuk pergi sendiri lagi dan harus sendiri sampai sukses menghampiri, aku pergi mencari cahaya hidup untukmu (mungkin) atau mungkin sebaliknya. Kaupun begitu (kurasa). Meskipun tidak begitu nyatanya, ketetapan terbaik sang Khaliklah yang menjadi jalan. Entah kapan, semoga kita kan dipertemukan bukan hanya dalam maya, tetapi dalam nyata. Meski bukan menjadi teman hidup, aku selalu mengaharapkannya. Kau motivasi diri ini dalam kesendirian membimbing hati. Kau selalu muncul dalam fikir dan setiap ku ingin berkelok, kau selalu menuntun lurus langkahku sekali lagi, meskipun itu semua khayal semata.
Terimakasih karenamu, sekali lagi kuingat kata ini "sesuatu yang ditakdirkan untuk kita sampai kapanpun takkan menjadi milik orang lain". Selalu ku berpegang teguh pada keyakinan ini. Agar hati ini terus dapat menjaga dalam kesendirian dan tidak lagi membuatmu kecewa dengan rasa yang sementara itu pada orang lain. Pengalaman tempatku berkaca, pengalaman tempatku memperbaiki segala kesalahan dimasa lalu meski dia takkan kembali dan diperbaiki menjadi baik lagi. Aku hanya berdoa, hati ini selalu untukmu dan hatimu diam-diam tak disadari tertuju padaku.
Tapi karena pengalaman, hati ini selalu untukmu karena jika kita ditakdirkan bersama, bagaimanapun kelak kita akan bertemu dan sang Khalik punya cara sendiri untuk kita.