PULAU BOKOR DAN GREENPEACE INDONESIA
Jika ditanya pulau apa saja yang berada di Pulau Seribu, Jakarta?
Pasti kita semua hanya mengetahui beberapa pulau besar seperti Pulau Pramuka, Pulau Tidung, Pulau Harapan dan lain-lain.
Kita hanya terfokus pada destinasi wisata saja.
but, did you know?
Ternyata ada sebuah pulau yang sama sekali belum kita ketahui, karena pulau ini tak berpenghuni manusia, melainkan monyet-monyet yang tinggal disana. Yang lebih tercengang lagi jika kita datang kesana adalah, monyet-monyet tersebut ditemani oleh sampah-sampah manusia.
Memang aneh ya, bagaimana bisa sampah-sampah ada disana, sedangkan pulau tersebut tidak dihuni dengan manusia?
Tenyata semua itu disebabkan kita sebagai manusia yang menjadi tokoh penyumbang sampah di dunia. Sampah-sampah pulau tersebut berasal dari darat (sebutan Jakarta tidak termasuk kepulauan seribu). Masyarakat memang melupakan apa dan bagaimana keadaan sampah-sampah yang telah kita konsumsi setelahnya? terutama yang berada di pesisir pantai?.
Di tahun ini aku mengikuti kegiatan konservasi sampah di Pulau Bokor, Pulau Seribu dalam peringatan International Coastal Clean Up 2017. Kegiatan ini menambah pengetahuanku tentang sampah dan lingkungan yang jauh yang dipenuhi sampah karena perilaku konsumsi kita yang buruk. Padahal pulau itu mempunyai julukan Atlantis yang ada di Jakarta, dimana dalam bayangan kita Atlantis itu adalah suatu daerah yang sangat indah. Tetapi tidak dalam kenyataannya. Siapa yang perlu disalahkan? Diri kita sendiri sebagai manusia yang tidak pernah sabar dalam membuang sampah pada tempatnya.
Kegiatan ini diikuti oleh banyak relawan dari daerah Jakarta dan sekitarnya. Kami bergabung dengan Greenpeace dan banyak komunitas terkait untuk melakukan konservasi terkait potensi sampah-sampah yang berada disana. Kegiatan kamipun didukung oleh beberapa tim media yang bersedia membantu kami dalam hal peliputan selama program.
Hal yang sangat mengejutkan ketika aku dan relawan lainnya baru sampai menyeberang dari pelabuhan seberang, pasukan orange sudah menanti kami (dalam arti: mereka sudah disana dan turut serta membersihkan pantai di pulau bokor tersebut)
Memang sangat disayangkan, banyak sampah-sampah dari label terkenal yang ada di Indonesia, bahkan dari luar negeri yang belum kami temui selama ini. Hal ini membantu kami dalam pendataan untuk nantinya dilaporkan kepada pihak-pihak terkait.
Jika diingat kembali kapan terakhir kali dan berapa banyak kita menyumbangkan sampah hari ini?
Semoga sedikit tulisan ini dapat berbagi inspirasi bersama untuk kita lebih sedikit menghasilkan sampah (jika belum bisa, setidaknya membuanglah sampah pada tempatnya). Jika sampah terus menerus kita sumbang, apa yang terjadi dengan pulau yang katanya memiliki julukan antartika? apa yang terjadi dengan satwa-satwa tersebut?
Salam dari Anak Muda Pegiat Lingkungan
0 Comments