Ada Apa Di Purwakarta?
Assalamualaikum...
Halo chingu.
Sepertinya
aku bakalan punya sapaan baru (chingu/chinguya) maklum ya lagi demam sama Winner
hehe.
Aku mau
berbagi petualangan aku and friends. Ya
lagi-lagi meskipun cerita ini udah agak lama, tapi semoga masih bermanfaat. Aku
pergi ke Purwakarta pada tanggal 15 Desember 2018 (hehe sudah lama ya ternyata).
Kami sebenernya pergi dadakan (bisa dibilang dadakan, meskipun sudah ada
rencana mau ke Purwakarta tapi ga tau tanggal tepatnya), dan sehari sebelum
keberangkatan baru janjian.
Aku, Meri,
Rida dan Sofyan (yup! Segitu saja yang berangkat). Kami berangkat dari titik
keberangkatan masing-masing, Aku dari Hotel di daerah Jakarta Barat (karena ada
acara dihari sebelumnya), Rida sama Meri dari kosan, Sofyan dari rumahnya.
Sofyan sebenernya yang duluan sampe stasiun Tanjung Priok, aku, Meri sama Rida
naik dari stasiun Kemayoran (karena kita lama? Ntahlah 😊). FYI, kami ke Purwakarta naik kereta lokal yang sangat ramah kantong
mahasiswa namanya Walahar Ekspress (Rute: Jakarta – Purwakarta, ditempuh
sekitar 3 – 4 jaman).
Sesampainya di
stasiun Purwakarta kami ke Alfamidi, beli jajanan, beli sandal karena aku waktu
itu pakai wedges kesananya wkwk. Duduk sebentar di alfamidi, terus langsung
cari musholla (di museum deket stasiun). Sementara Sofyan sholat, aku, Meri &
Rida langsung masuk ke Museum (apa namanya ya, lupa) samping kiri ketika keluar
dari wilayah stasiun, seberang Alfamidi. Museum disana gratis loh! Dan menurut
aku keren banget didalamnya, ada sepeda begitu yang ada layarnya, ada wayang,
ada layar besar serta kameranya dan masih banyak lagi.
Setelah puas
di museum itu, kami pergi ke sebelah kirinya (museum satunya), ntahlah aku juga
bingung harus menyebutnya apa. Disitu juga keren loh, ada bermacam-macam
barang-barang dari seluruh Indonesia dan pastinya sama-sama gratis. Tujuan kami
sebenarnya adalah air mancur Sri Baduga yang hanya dibuka saat malam minggu dan
kadang ditutup dalam keadaan-keadaan tertentu (seperti saat kemarau dan
lain-lain). Tapi kata pepatah sambil menyelam minum air, ya lebih baik
menikmati yang lain juga selagi itu ga menghambat tujuan awal (yakan?). Ada
baiknya sebelum pergi kesana, riset terlebih dahulu. Ketika hendak kesana cari tahu
kapan waktu dibukanya, apakah air mancur saat kalian hendak kesana dibuka (bisa
tanya di google maps di kolom diskusi. Pengalaman aku, kolom diskusi itu sangat
membantu, karena semua orang bisa memberikan komentarnya dan cepat).
Oke, setelah
main-main di museum, kami pergi ke sekitar alun-alun, tempatnya ga jauh dari
museum itu, bahkan dekat dengan masjid (di lingkungan PLN). Berhubung kami
belum makan siang, kami pun memilih sate Maranggi, yang ketika mendengar saja sudah
bikin aku ngiler. OMG tiada kenikmatan selain traveling dan makan di pinggir
jalan. Suasananya beda. Btw harga sate Marangginya Rp. 25000,- per porsi kalau
ga salah (agak lupa), itu sudah sama nasi/ uli. Dan tahukah? Abis makan sate
itu aku langsung sakit kepala, sampe hampir tumbang, ngeluh mulu pas istirahat
di masjid wkwk. Tapi pusing ga pusing, mau ga mau harus terus berjalan, sudah jauh-jauh
masa au pulang ya kan.
Sehabis
makan sate, aku sama yang lain jalan-jalan ke alun-alun, taman disana ramai
ketika sore hari. Mereka banyak melakukan aktivitas entah untuk bersantai,
berolahraga atau menunggu air mancur buka seperti aku. Kami berjalan
mengelilingi area yang lumayan agak jauh, ternyata belum buka (baru buka sehabis
magrib). Jadi kami putuskan untuk istirahat di Masjid area PLN sampai magrib
tiba.
Setelah
selesai magrib aku dan yang lain bergegas menuju area Air Mancur Sri Baduga,
disana sudah ramai dari sebelum magrib, bahkan ketika aku datang, area depan dan
belakang pusat pertunjukan air mancur sudah ramai dipenuhi pengunjung. Terpaksa
aku berada di sisi samping dan menikmati pertunjukannya. Setelah selesai pertunjukan
sesi satu sebenarnya kami mau tetap disana agar dapat melihat sesi dua, tapi
masih ragu karena kami kira hari itu hanya ada satu sesi dan yang lebih membuat
kami ragu, ketika pertunjukan selesai petugas langsung mengondisikan pengunjung
agar keluar. Akhirnya kami keluar melalui pintu yang berbeda dengan pintu masuk
tadi.
Tidak sampai
disitu, kami hari itu sangat beruntung. Ternyata masih ada pertunjukan yang kedua
dan yang membuat kami bahagia, ketika pintu keluar masih dibuka banyak yang
menerobos lewat sana (ya, kami sih ikut-ikut saja, biar dapat tempat depan)
hehe jangan ditiru ya, please. Nah beruntungnya benar, kami dapat tempat yang
paling depan depat dengan tampak depan patung hihi. Menikmati pertunjukan untuk
yang kedua kalinya di sisi yang berbeda, kalau sesi satu tadi kami berada
disamping dan musik tidak terdengar karena kalah dengan suara air, saat sesi
kedua suara musik terdengar meskipun tidak terlalu kencang. Hal ini juga yang
membuat pertunjukan air mancur di Purwakarta berbeda dengan Lapangan Banteng,
meskipun lebih bagus di Purwakarta tapi kekurangannya adalah musik yang tidak
dapat didengar di semua sisi, hanya sisi tertentu yang bisa mendengar musik
tapi tidak terlalu jelas.
Setelah puas
dengan pertunjukan air mancur yang merupakan tujuan utama kami ke Purwakarta,
ternyata malam itu sedang ada car free
night (wah I’m so surprised). Banyak
makanan yang dijual disana dan barang-barang, kami langsung singgah di Alfamidi
mengingat inilah tujuan kami untuk beristirahat. Aku membeli minuman
berkarbonasi karena kepala masih pusing efek sate Maranggi sepertinya. Aku dan
yang lain pun membeli seblak, sosis dan kawan-kawan serta snack (pastinya patungan), enaknya jalan bareng-bareng ya gini,
bisa patungan jadi bisa coba semua makanan dan murah hehe.
Makan-makan
sudah, foto-foto sudah, saatnya berpusing ria untuk mencari tempat tidur. Aku
dan teman-teman sepertinya sudah meremehkan satu hal ini, sebelumnya kami tidak
terpikir sama sekali, karena dipikir bisa tidur dimana saja, ternyata di
Purwakarta hal itu tidak berlaku. Purwakarta adalah salah satu kabupaten yang
masih jarang dikunjungi oleh wisatawan dari luar kota, akses kesana pun terbilang
sulit, meskipun sudah ada kereta lokal namun tidak ada kereta pulang di hari
yang sama (kereta pulang ke Jakarta baru ada di hari setelahnya yaitu jam 05.30
WIB). Itulah PR nya, kami harus tidur dimana?
Setelah
putus asa mencari tempat bermalam, karena disana tidak ada Hostel, untuk
menginap di stasiun pun tidak memungkinkan, kami memutuskan untuk berjalan karena
mungkin ada pom bensin disekitar sana. Keberuntungan menghampiri, setelah
berjalan lumayan agak jauh, kami menemukan wifi zone, oke juga untuk bermalam,
kami bisa bergantian sebentar untuk tidur. Awalnya kami hanya duduk di kursi
depan, tapi ketika aku membeli voucher dan sempat ditanya oleh satpam disana (dari
mana asal kami, akupun menjawab dari Jakarta, kebetulan salah satu satpam pun
dari Jakarta). Satpam tersebut mempersilakan kami untuk istirahat di Musholla,
Alhamdulillah keberuntungan lagi menghampiri 😊. Rencana awal yakni bergantian untuk tidur, tapi kami bisa istirahat masing-masing sambil rebahan.
Ketika subuh
tiba, aku dan yang lain bergegas pergi ke stasiun dan membeli tiket. Dengan
wajah lelah menunggu kereta, tidur di kereta, hingga sampai kembali di Jakarta degan
selamat. Momen berpetualang sehari di Purwakarta ini tidak dapat dilupakan
dengan mudah, sensasi menjadi backpacker
yang membuat aku ingin lagi dan lagi berpetualang dengan budget seminim mungkin
😊. Perjalanan selanjutnya adalah pergi ke Bandung, yang ternyata
kesampaian dengan cepat. Bahkan menjadi solo traveling pertamaku 😊
Intinya
jangan banyak wacana, yang dadakan lebih asyik untuk dinikmati.
0 Comments